Malam kian berlarut, rindu yang semakin tak dapat ku
tebak. Mungkin bukan hanya malam ini saja aku seperti ini, namun malam-malam
sebelumnya bak sedang menabung rindu yang selama ini hanya bisa ku pendam. Hal
ini seperti mengundang khayalku untuk memikirkan hal-hal yang sepertinya tak
pantas terlintas di pikiranku. “Apakah tuhan ridho jika kita bersama sampai
nanti?“ pikirku. Tentang hal itu aku lebih percaya pada waktu untuk
menjawabnya. Jika saja suatu saat nanti ridho tuhan tak bersama kita semoga
tulisan ini menjadi bukti bahwa aku pernah menjadi sosok yang selalu
merindukanmu. Ibarat kata, mencintai dan merindukanmu memang mungkin sudah
menjadi tugasku sebagai seseorang yang sedang nyaman-nyamannya berada di
sampingmu. Mungkin aku adalah salah satu sosok beruntung yang bisa memiliki
hati orang sepertimu, meskipun ku tau kau tak sesempurna mereka yang diidamkan
para wanita. Caramu mencintai, menyayangi mungkin memang beda dengan mereka
tapi itulah sosokmu. Sosok yang begitu besar akan rasa takut kehilangan, sosok
yang memiliki rasa yang begitu kuat untuk kau pendam, sosok yang senang
mengekspresikan diri lewat hal-hal yang kau sukai. Dan lewat itu hal itu pula
menjadi awal ketakutanku akankah sosokmu bisa bertahan hingga akhir nanti?
Semoga “iya” adalah jawaban semesta dari doa-doaku yang selalu menyelipkan
namamu. Dan entah apa yang akan terjadi nanti aku juga tak dapat menebaknya,
apakah ajal atau hidup bersamamu yang lebih dulu tuhan takdirkan untukku? Jika
tuhan lebih dulu menakdirkanku untuk menemuinya, maka ketahuilah salah satu
mimpi besarku adalah hidup bersamamu. Jika kau menanyakan mengapa aku begitu
konyol memikirkan hal tersebut? Karena batas kemampuanku hanya menyemogakan
segala yang ku impikan sampai sang semesta memberikan jawaban. Percayalah
begitu banyak rencana, begitu banyak keinginan, tapi jika tidak jawabnya maka
tidak akan ada yang bisa menjadi takdirmu. Dan sampai hari aku begitu percaya
bahwa tuhan masih menakdirkanku untuk selalu mengisi celengan rinduku untukmu.
Semoga suatu saat nanti semesta mengiyakan bahwa kaulah takdirku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar